Semuanya Semut Semu Semula
Sulaman pikiran tidak selicin lumut di atas setapak yang dihujani 100hari tanpa henti. Sejak malam pertama entah kapan itu, KiTa ngobrol soal-soal rumit. Saatnya menjawab, tapi jawabannya tidak pernah menjawab. Suara jangkrik dan serigala malam hari tidak bisa mengalahkan suara di kepala. Selalu jalan-jalan mengitari kota yang kecil di alam sadar dan bawah sadar. Siapa mereka? untuk apa ada di sana? Sepertinya, jawaban yang diinginkan tidak pernah kolot, tapi juga tidak pernah canggih. Sari-sari daun teh masih berjejakan di bawah gelas. Sampai puas minum teh pun, rasanya tidak ada jawaban yang pas. Siapa yang pernah mengalami ini? Sejak senja ke senja, Suara di kepala tidak pernah berhenti memprovokasi dan mempersuasi. Selalu saja ada pembahasan, entah tentang hari kemaren, ini, dan yang akan datang. "Suram sekali masa-masamu" katanya. "Sukar sekali warna-warni yang kau pilih untuk lukisan hidupmu" katanya. Sudahlah, masih ada jutaan perkataan dari rasanya ada juta...









